Senin, 26 Januari 2015

ASUHAN KEPERAWATAN HEPATITIS (DIAGNOSA KEPERAWATAN)

A.    Konsep Dasar Medis
a.      Pengertian
Hepatitis adalah penyakit infeksi akut menular,dengan gejala utama berhubungan erat dengan adanya nekrosis pada hati. (Murwani, arita. 2009: 37).
Hepatitis virus akut adalah suatu infeksi sistemik terutama yang mempengaruhi fungsi hati. Hepatitis virus diklasifikasikan menjadi lima, yaitu virus hepatitis A (HAV), virus hepatitis B (HBV), virus hepatitis C (HCV), virus hepatitis D (HDV), dan virus hepatitis E (HEV). (Batticaca, fransisca B. 2009).
Hepatitis A/hepatitis infeksiosa merupakan penyakit yang ditularkan melalui kontaminasi oral-pekal akibat hygiene yang buruk atau makanan yang tercemar.
Hepatitis B/hepatitis serum merupakan penyakit yang bersifat serius dan biasanya menular melalui kontak dengan darah yang mengandung virus. Penyakit ini juga ditularkan melalui hubungan kelamin dan dapat ditemukan oleh semen cairan tubuh lainnya.
Hepatitis C/hepatitis non-A dan non-B.virus ini merupakan penyebab tersering infeksi kepada yang ditularkan melalui suplai darah komersial. Hepatitis C ditularkan sama dengan hepatitis B terutama melalui transfusi darah.
Hepatitis D/hepatitis delta merupakan suatu virus defektif yang ia sendiri tidak dapat menginfeksi hepatosit untuk menimbulkan hepatitis. Hepatitis D ditularkan seperti hepatitis B. antigen dan antibodi hepatitis D dapat diperiksa pada donor darah.
Hepatitis E diidentifikasikan tahun 1990. Virus ini adalah suatu virus yang ditularkan melalui ingesti air yang tercemar. Sebagian besar kasus yang dilaporkan ditemukan di Negara yang sedang berkembang.

b.      Anatomi Fisiologi
a.       Anatomi
Hati merupakan kelenjar aksesoris terbesar dalam tubuh berwarna coklat dengan berat 1000-1800 gram. Hati terletak dalam rongga perut sebelah kanan atas dibawah diafragma. Sebagian besar terletak pada region hipokondria dengan region epigastrium. Pada orang dewasa yang kurus tepi bawah hati mungkin teraba satu jari di bawah kosta. Hati memiliki struktur sebagai berikut :
1)      Pembagian hati
a)            Lobus sinistra :  lobus ini terletak di sebelah kiri bidang median.
b)            Lobus dekstra : terletak di sebelah kanan bidang median.
c)            Lobus kaudatus : terletak di belakang berbatasan dengan pars pilorika, ventrikula, dan duodenum superior.
2)      Permukaan hati
a)            Fasies superior : permukaan yang menghadap ke atas dan ke depan berbentuk cembung dan terletak di bawah diafragma.
b)            Fasies inferior  : permukaan yang menghadap ke bawah dan ke belakang, mempunyai permukaan tidak rata karena terdapat lekukan fisura transverses.
c)            Fasies posterior : permukaan bagian belakangnya terlihat beberapa alur berbentuk garis melintang yang disebut porta hepatis. Kedua garis tengah alur di sebelah kiri fossa sagitalis sinistra terdapat ligamentum teres hepatis menuju porta hepatis ke arah kaudatus. Ligamentum venosus aranti berjalan dari porta hepatis ke arah kranialis belakang. Alur sebelah kanan fossa sagitalis dekstra memiliki dua lekukan yaitu:
(1)   Lekukan depan fossa vesika fellea di belakang empedu.
(2)   Lekukan belakang fossa vena kava inferior yang terdapat pada vena kava inferior.
d)           Fasies lobus sinistra : berhubungan dengan esophagus dekat lobus kaudatus dan berhubungan dengan permukaan depan gaster. Fasies inferior lobus sinistra membentuk impression yang sesuai dengan kurvatura mayor yang terletak di depan omentum. Fasies inferior lobus dekstra berbatasan dengan ginjal, glandula suprarenalis kanan atas, dan fleksura koli dekstra kanan bawah. Fasies superior merupakan bagian anterior yang diliputi oleh peritoneum sedangkan bagian medialnya berbatasan dengan diafragma, diliputi oleh bagian medialnya yang berbatasan dengan dinding depan perut. Fasies posterior tidak ditutup oleh peritoneum, berhubungan dengan diafragma, terdapat sebuah lekuk di sebelah kanan vena kava inferior di atas infresio renalis yang di sebut infresio suprarenalis.



3)      Pembuluh darah hati
            Suplai darah berasal dari arteri seliaka, menuju ke kanan membentuk lipatan peritoneum di depan vena porta bercabang menjadi:
1.            Arteri hepatica propia : berjalan ke dalam ligamentum hepato duodelae bersama dengan vena porta dan duktus koledokus menjadi arteri gastrika.
2.            Arteri gastrika : menuju ke kurvatura minor gaster beranastomosis dengan arteri gastrika sinistra. Arteri hepatika propia bercabang menjadi arteri hepatika dekstra yang cabangnya masuk kandung empedu, arteri sistika, dan arteri hepatica sinistra yang masuk ke dalam hati. Aliran pembuluh balik berkumpul pada vena hepatica keluar dari permukaan belakang sebelah kranial hepar dan bermuara ke vena kava inferior.
4)      Pembuluh limfa hati
Hati menghasilkan cairan limfe sekitar 1/3-1/2 cairan limfe. Pembuluh limfe meninggalkan hati masuk ke dalam kelenjar limfe. Dalam porta hepatis pembuluh aferen berjalan ke nodi limpatisi mediastinalis posterior.


5)      Persarafan hati
Persyarafan hati berasal dari saraf simpatis dan parasimpatis yang melewati koudatus. Trunkus vagus anterior mempunyai cabang yang banyak berjalan langsung ke hati.
6)      Duktus Hepatikus Dekstra dan Sinistra
Duktus ini keluar dari hati. Pada porta hepatis bersatu membentuk duktus hepatikus kommunis, berjalan turun ke tepi omentum minus panjangnya + 4cm kemudian berjalan turun ke tepi omentum minus. Tepi kanannya bersatu dengan duktus sistikus yang berasal dari kandung empedu untuk membentuk duktus koledokus.
7)      Duktus Koledokus
Duktus ini panjangnya 8 cm bagian pertama, berjalan dari tepi kanan omentum minus, di depan tepi kanan vena porta, sebelah kanan arteri hepatica. Bagian kedua berjalan ke belakang bagian pertama duodenum sebelah kanan arteri duodenalis. Bagian ketiga terletek dalam alur permukaan posterior kaput pankreatikus mayor dan bermuara pada ampula kecil dinding duodenum melalui satu papilla kecil disebut papila vateri.
8)      Pembentukan dan Penghancuran Sel Darah
Selama 6 bulan kehidupan fetus, hepar memproduksi sel-sel darah merah dan fungsi tersebut diambil alih oleh sumsum tulang. Sepanjang masa kehidupannya, sel-sel darah merah dihancurkan dalam sel-sel sistem retikuloendotel termasuk yang melapisi sinusoid dari hepar. (Syaifuddin. 2009; 241-243).

b.  Fisiologi
Selain merupakan organ parenkim yang berukuran besar, hati juga menduduki urutan pertama dalam hal banyaknya kerumitan dan ragam dari fungsinya. Hati sangat penting untuk mempertahankan hidup dan berperan pada hampir setiap fungsi metabolik tubuh pada tabel di bawah ini dapat dlihat beberapa fungsi utama hati.
Dari berbagai fungsi tersebut diatas, secara garis besar dapat disimpulkan bahwa fungsi dasar hati adalah :
1)      Fungsi Pembentukan dan Ekskresi Empedu
Hal ini merupakan fungsi utama hati. Saluran empedu mengalirkan, kandungan empedu menyimpan dan mengeluarkan ke dalam usus halus sesuai yang dibutuhkan. Hati mengekskresikan sekitar 1 liter empedu tiap hari. unsur utama empedu adalah air (97%), elektrolit, garam empedu fosfolipid, kolesterol dan pigmen empedu (terutama bilirubin terkonjugasi). Garam empedu penting untuk pencernaan dan absorbsi lemak dalam usus halus. Oleh bakteri usus halus sebagian besar garam empedu direabsorbsi dalam ileum, mengalami sirkulasi ke hati, kemudian mengalami rekonjugasi dan resekresi. Walaupun bilirubin (pigmen empedu) merupakan hasil akhir metabolisme dan secara fisiologis tidak mempunyai peran aktif, ia penting sebagai indikator penyakit hati dan saluran empedu, karena bilirubin cenderung mewarnai jaringan dan cairan yang berhubungan dengannya.
2)      Fungsi Metabolik
Hati memegang peranan penting pada metabolisme karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan juga memproduksi energi dan tenaga. Zat tersebut di atas dikirim melalui vena porta setelah diabsorbsi oleh usus. Monosaksarida dari usus halus diubah menjadi glikogen dan di simpan dalam hati (glikogenesis). Dari depot glikogen ini mensuplai glukosa secara konstan ke darah (glikogenesis) untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Sebagian glukosa dimetabolisme dalam jaringan unuk menghasilkan panas atau tenaga (energi) dan sisanya diubah menjadi glikogen, disimpan dalam otot atau menjadi lemak yang disimpan dalam jaringan subcutan. Hati juga mampu menyintetis glukosa dari protein dan lemak (glukoneogenesis).
Peran hati pada metabolisme protein penting untuk hidup. Protein plasma, kecuali globulin gamma, disintetis oleh hati. Protein ini adalah albumin yang diperlukan untuk mempertahankan tekanan osmotik koloid, fibrinogen dan faktor-faktor pembekuan yang lain.


3)      Fungsi Pertahanan Tubuh
Terdiri dari fungsi detoksifikasi dan fungsi perlindungan, dimana fungsi detoksifikasi oleh enzim-enzim hati yang melakukan oksidasi, reduksi, hidrolisis atau konjugasi zat yang memungkinkan membahayakan dan mengubahnya menjadi zat yang secara fisiologis tidak aktif. Fungsi perlindungan dimana yang berperanan penting adalah sel kuffer yang berfungsi sebagai sistem endoteal yang berkemampuan memfagositosis dan juga menghasilkan immunolobilin.
4)      Fungsi Vaskuler Hati
Setiap menit mengalir 1200 cc darah portal ke dalam hati melalui sinusoid hati, seterusnya darah mengalir ke vena sentralis dan menuju ke vena hepatika untuk selanjutnya masuk ke dalam vena kava inferior. Selain itu dari arteria hepatika mengalir masuk kira-kira 350 cc darah. Darah arterial ini akan masuk dan bercampur dengan darah portal. Pada orang dewasa jumlah aliran darah ke hati diperkirakan mencapai 1500 cc tiap menit. (Price, Sylvia A, dkk. 2006 :  475-477).

3.      Etiologi
a.       Virus A, B, C, D. E, G dan TT.
b.      Bakteri
c.       Obat-obatan.
d.      Racun (hepatotoxic).
e.       Alkohol. (Murwani, arita. 2009 : 39).

4.      Insiden
Insiden Hepatitis di Amerika di mana sanitasi diperkirakan sudah sedemikian baik, tetapi penduduknya masih tetap terinfeksi Hepatitis A sebanyak 33%, dan masih dilaporkan terjadi wabah pada tahun 1961, 1971, 1989. Penderita banyak dari pasangan homoseksual dan pengguna obat narkotika suntik, dan banyak dari golongan usia sekolah dan dewasa muda.(Yatim, Faisal. 2007: 139).
Hepatitis virus akut merupakan urutan pertama dari berbagai penyakit hati diseluruh dunia. Penyakit tersebut ataupun gejala sisanya bertanggung jawab atas 1-2 juta kematian setiap tahunnya. Banyak episode Hepatitis dengan klinis anikterik, tidak nyata atau subklinis. Secara global virus hepatitis merupakan penyebab utama virenia yang persisten. Di Indonesia berdasarkan data yang berasal dari rumah sakit, Hepatitis A masih merupakan bagian terbesar dari kasus-kasus Hepatitis akut yang di rawat yaitu berkisar dari 39,8-68,3%. Peningkatan prevalensi anti HAV yang berhubungan dengan umur mulai terjadi dan lebih nyata di daerah dengan kondisi kesehatan di bawah standar. Lebih dari 75% anak dari berbagai benua Asia, Afrika, India menunjukkan sudah memiliki antibodi anti-HAV pada usia 5 tahun. Sebagian besar infeksi HAV didapat pada awal kehidupan, kebanyakan asimtomatik atau sekurangnya anikterik.(Price, Sylvia. 2007 : 427).
Di Amerika di perkirakan 0,5% orang dewasa sudah terinfeksi virus Hepatitis B atau dari 200 orang 1 orang diantaranya sudah terinfeksi virus Hepatitis B.(Yatim, Faisal. 2007 : 143).
Tingkat prevalensi Hepatitis B di Indonesia sangat bervariasi berkisar dari 2,5% di Banjarmasin sampai 25,61% di Kupang,sehingga termasuk dalam kelompok negara dengan endemisitas sedang sampai tinggi. Di Negara Asia diperkirakan bahwa penyebaran perinatal dari ibu pengidap Hepatitis merupakan jawaban atas prevalensi infeksi virus Hepatitis B yang tinggi. Hampir semua bayi yang dilahirkan dari ibu dengan HBsAg positif akan terkena infeksi pada bulan kedua dan ketiga kehidupannya. Adanya HBeAg pada ibu sangat berperan penting untuk penularan. Walaupun ibu mengandung HBsAg positif namun jika HBsAg dalam darah negatif, maka daya tularnya menjadi rendah. Data di Indonesia telah dilaporkan oleh Suparyatmo pada tahun 1993, bahwa dari hasil pemantauan pada 66 ibu hamil pengidap Hepatitis B, bayi yang mendapat penularan secara vertical adalah sebanyak 22 bayi (45,9%).(Price, Sylvia. 2007 : 427)
Prevalensi anti-HCV pada donor di beberapa tempat di Indonesia menunjukkan angka diantara 0,5% sampai 3,37%. Sedangkan prevalensi anti-HCV pada Hepatitis virus akut menunjukkan bahwa Hepatitis C (15,5% - 46,4%) menempati urutan kedua setelah Hepatitis A akut (39,8% - 68,3 %) sedangkan urutan ketiga ditempati oleh Hepatitis B (6,4% - 25,9%). Untuk Hepatitis D, walaupun infeksi Hepatitis ini erat hubungannya dengan infeksi Hepatitis B, di  Asia Tenggara dan China infeksi Hepatitis D tidak biasa dijumpai pada daerah dimana prevalensi HBsAg sangat tinggi. Laporan dari Indonesia pada tahun 1982 mendapatkan hasil 2,7% (2 orang) anti-HDV positif dari 73 karier Hepatitis B dari donor darah. Pada tahun 1985, Suwignyo dkk, melaporkan, di Mataram, pada pemeriksaan terhadap 90 karier Hepatitis B, terdapat satu anti-HDV positif (1,1%).(Yatim . 2007 : 427).
Hepatitis E (HEV) di Indonesia pertama kali dilaporkan terjadi di Sintang Kalimantan Barat yang diduga terjadi akibat pencemaran sungai yang digunakan untuk aktifitas sehari-hari. Didapatkan HEV positif sebanyak 28/82 (34,1%). Letupan kedua terjadi pada tahun 1991, hasil pemeriksaan menunjukkan HEV positif 78/92 orang (84,7%). Di daerah lain juga ditemukan dengan HEV seperti di Kabupaten Bawen, Jawa Timur. Pada saat terjadi letupan tahun 1992, ditemukan dua kasus HEV dari 34 sampel darah. Dari rumah sakit di Jakarta ditemukan 4 kasus dari 83.(Price,Sylvia. 2007 : 427).

5.      Patofisiologi
Hepatitis virus menyebabkan inflamasi yang menyebar ke jaringan-jaringan hepar melalui infiltrasi. Inflamasi, degenerasi, dan regenerasi dapat terjadi serentak. Inflamasi yang disertai pembengkakan dapat menekan cabang vena porta. Transaminase serum akan meningkat dan masa protrombin memanjang. ( Mary Baradero, SPC, MN, dkk, 2008 : 31)
Inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat disebabkan oleh infeksi virus dan reaksi toksik terhadap obat-obatan dan bahan-bahan kimia. Unit fungsional darah dari hepar disebut lobule karena memiliki suplai darah sendiri. Seiring dengan berkembangnya inflamasi pada hepar. Pola normal pada hepar terganggu. Gangguan terhadap suplai darah normal pada sel-sel hepar ini menyebabkan nekrosis dan kerusakan sel-sel hepar. Setelah lewat masanya, sel-sel hepar yang rusak dibuang dari tubuh oleh respon imune digantikan oleh sel-sel hepar baru yang sehat. Oleh karenanya sebagian besar oleh pasien yang mengalami hepatitis sembuh dengan fungsi hepar normal.(http:/blogspot.com).
Sistem imun bertanggung jawab untuk terjadinya kerusakan sel hati
a.       Melibatkan respon CD8 dan CD4 sel T.
b.      Produksi sitokin dihati dan sistemik.

6.      Manifestasi Klinik
Pada infeksi yang sembuh spontan :
1.    Spektrum penyakit mulai dari asimtomatik, infeksi yang tidak nyata sampai kondisi yang fatal sehingga terjadi gagal hati akut.
2.    Sindrom klinis yang mirip pada semua virus penyebab mulai dari gejala prodromal yang nonspesifik dan gejala gastrointestinal, seperti :
b.    Malaise, anoreksia, mual dan muntah.
c.    Gejala flu, faringitis, batuk, coryza, fotofobia, sakit kepala, dan mialgia.
3.   Awitan gejala cenderung muncul mendadak pada HAV dan HEV, pada virus yang lain secara insidious.
4.   Demam jarang ditemukan kecuali pada infeksi HAV.
5.   coplex mediated, serum sickness like syndrome dapat ditemukan pada kurang dari 10% pasien dengan infeksi HBV, jarang pada infeksi virus yang lain.
6.   Gejala prodromal menghilang pada saat timbul kuning, tetapi gejala anoreksia, malaise dan kelemahan dapat menetap.
7.   Ikterus didahului dengan kemunculan urin berwarna gelap, pruritus (biasanya ringan dan sementara) dapat timbul ketika ikterus meningkat.
8.   Pemeriksaan fisik menunjukkan pembesaran dan sedikit nyeri tekan pada hati.
9.   Splenomegali ringan dan limfadenopati pada 15%-20% pasien.

7.      Pemeriksaan Diagnostik
a.       Tes fungsi hati : abnormal (4-10 kali dalam normal) catatan : merupakan batasan nilai untuk membedakan Hepatitis virus dan non virus.
b.      AST (SGOT)/ALT(SGPT) : awalnya meningkat, dapat meningkat 10 minggu sebelum ikterik kemudian tampak menurun.
c.       Darah lengkap : SDM menurun sehubungan dengan penurunan hidup SDM (gangguan enzim hati) atau mengakibatkan perdarahan.
d.      Leukopenia : Trombositopenia mungkin ada (Splenomegali).
e.       Diferensiasi darah lengkap : Leukositosis, Monositosis, Limposit atipikel, dan sel plasma.
f.       Alkali fosfatase lengkap : Leukositosis, monositosis agak meningkat (kecuali ada leukstasis berat).
g.      Feses : warna tanah liat, steahorea (penurunan fungsi hati).
h.      Albumin serum : menurun.
i.        Gula darah, Hipergliklemia transien/Hipoglikemia (ganggua fungsi hati).
j.        Anti-HAV IgM : positi pada tipe A.
k.      HbsAg : dapat positif (tipe B) atau negatif (tipe A) catatan : merupakan diagnostik sebelum terjadi gejala klinis.
l.        Masa protrombin : mungkin memanjang (disfungsi hati).
m.    Bilirubin serum : diatas 2,5 mg/100 ml bila diatas 200 mg/ml prognosis buruk mungkin berhubungan dengan peningkatan nekrosis seluler.
n.         Tes eksresi BSP : kadar darah meningkat.
o.         Biopsi hati : menunjukkan diagnosis dan luasnya nekrosis.
p.         Scan hati : membantu dalam perkiraan beratnya kerusakan parenkim.
q.         Urinalisa : Peninggian kadar bilirubin ; protein/hematuria dapat terjadi.


8.      Penatalaksanaan Medik
a.          Rawat inap dengan tirah baring untuk penyembuhan total dengan pembatasan aktivitas.
b.         Diet tinggi kalori, diberikan terutama pada pagi hari karena klien biasanya mengalami mual pada malam hari.
c.          Pemberian nutrisi parenteral diperlukan pada stadium akut dan pada klien yang muntah terus-menerus serta tidak dapat mempertahankan intake nutrisi secara oral.
d.         Hindari obat yang dapat menimbulkan reaksi  merugikan seperti kolestasis dan obat yang dimetabolisme oleh hati.
e.          Bila terdapat pruritus berat, hindari terapi kortikosteroid dan kolestiramin karena tidak akan bermanfaat dan malah akan membahayakan.
f.          Isolasikan klien pada ruangan tertentu yang jarang diperlukan.
g.         Ketika melakukan perawatan klien, gunakan sarung tangan dan hindari kontak langsung dengan tangan.
h.         Klien boleh dipulangkan dari rumah sakit bila telah terjadi penurunan aminotransferase dan bilirubin serum, serta waktu protrombin kembali normal.
i.           Tujuan terapi pada hepatitis fulminan adalah membantu klien mempertahankan keseimbangan cairan, mempartahankan sirkulasi, dan pernapasan, mengendalikan perdarahan, memperbaiki hipoglikemia dan pengobatan komplikasi lain pada keadaan koma dalam mengantisipasi regenerasi dan perbaikan hati.
j.           Batasi pemberian protein. Berikan laktosa dan neomisin secara oral.

B.     Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1.         Pengkajian
Menurut Doenges, Marilynn E. 2000; 534-535, data yang perlu dikaji pada klien yang mengalami hepatitis adalah:
a.     Aktivitas/istirahat
Gejala : Kelemahan, kelelahan, malaise umum
Tanda : Gelisah.
b.   Sirkulasi
Tanda : Bradikardia, ( hiperbilirubenemia berat ), ikterik pada sclera, kulit, membran mukosa.
c.    Eliminasi
Gejala : Urin gelap, diare/konstipasi : feses warna tanah liat, adanya/berulangnya hemodialisa.
d.   Makanan/cairan
Gejala :  hilang nafsu makan ( anoreksia ), penurunan berat badan meningkat ( edema ), mual, muntah.
Tanda :  Asites.
e.    Neurosensori
Tanda :  Peka rangsang, cenderung tidur, letargi, asteriksis.
f.    Nyeri/kenyamanan
Gejala : kram abdomen, nyeri tekan pada kuadran kanan atas, mialgia, artralgia, sakit kepala, gatal ( pruritus ).
Tanda  :  Otot tegang, gelisah.
g.   Pernapasan
Gejala  :  Tidak minat/enggan merokok ( perokok ).
h.   Keamanan
Gejala  :  Adanya transfusi darah/produk darah.
Tanda : Demam, urtikaria, lesi makulopapular, eritema tak  beraturan, eksaserbasi jerawat, angioma jaring-jaring, eritema palmar, ginekomastia (kadang-kadang ada pada hepatitis alkoholik)  spelenomegali, pembesaran nodus servikal posterior.
i.     Seksualitas
Gejala  :  Pola hidup/prilaku meningkatkan risiko terpajan (contoh  homoseksual aktif/biseksual pada wanita ).
j.     Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : Riwayat diketahui /mungkin terpajan pada virus, bakteri atau toksin ( makanan terkontaminasi, air, jarum, alat bedah atau darah); pembawa ( simtomatik atau asimtomatik ); adanya prosedur bedah dengan anestesi haloten; terpajan pada kimia toksik ( contoh karbon tetraklorida vimlklorida ); obat resep ( contoh sulfonamide, fenotiazid, isoniazid ).
3.      Diagnosa Keperawatan
Menurut Doenges, Marilynn E, 2000 Diagnosa Keperawatan utama pada Hepatitis meliputi :
a.          Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum; penurunan kekuatan/ketahanan; nyeri, mengalami keterbatasan aktivitas; depresi.
b.         Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan masukan untuk memenuhi kebutuhan metabolic anoreksia, mual/muntah,gangguan absorbsi dan metabolisme pencernaan makanan: penurunan peristaltik ( reflex viseral ), empedu tertahan, peningkatan kebutuhan kalori/status hipermetabolik.
c.          Kekurangan volume cairan (risiko tinggi terhadap) berhubungan dengan kehilangan berlebihan melalui muntah dan diare, perpindahan area ketiga ( asites ),gangguan proses pembekuan.
d.         Situasional harga diri rendah berhubungan dengan gejala jengkel/marah, terkurung/isolasi, sakit lama/periode penyembuhan.
e.          Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak adekuat ( contoh leucopenia, penekanan respon inflamasi ) dan depresi imun, malnutrisi, kurang pengetahuan untuk menghindari pemajanan pada pathogen.
f.          Risiko tinggi kerusakan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan zat kimia; akumulasi garam empedu dalam jaringan.
g.         Kurang pengetahuan ( kebutuhan belajar ) tentang kondisi,   prognosis, dan kebutuhan pengobatan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar