1.1 PENGERTIAN
Bronkhitis berasal dari bronchus (saluran
napas) dan itis artinya menunjukkan adanya suatu peradangan. “Bisa disimpulkan
bronkitis merupakan suatu gejala penyakit pernapasan.” Sebetulnya ada dua
pengertian bronkitis. Pertama, berdasarkan radiologi/ahli rontgen, bronkhitis
merupakan gambaran foto paru-paru dengan kelainan pada saluran napas. Pada
gambaran tersebut cirinya akan tampak “sangat ramai” dan jelas. Berbeda bila
dalam keadaan normal, gambaran saluran napas tak begitu jelas terlihat karena
berisi udara. “Tapi pada kasus bronkhitis akan muncul gambaran sebagian saluran
napasnya tersumbat lendir atau ada peradangan.”
Kedua, menurut medis/dokter, bronkhitis
merupakan kelainan pada saluran napas yang ditandai dengan adanya bunyi napas
penuh lendir, seperti bunyi ‘grok-grok’, bisa terdengar di bagian dada maupun
punggung.
Bronkhitis pada anak berbeda dengan
bronchitis yang terdapat pada orang dewasa. Pada anak, bronchitis merupakan
bagian dari berbagai penyakit saluran nafas lain, namun ia dapat juga merupakan
penyakit tersendiri.
Secara harfiah bronkhitis adalah suatu
penyakit yang ditanda oleh adanya inflamasi bronkus. Secara klinis pada ahli
mengartikan bronkitis sebagai suatu penyakit atau gangguan respiratorik dengan
batuk merupakan gejala yang utama dan dominan. Ini berarti bahwa bronkitis
bukan penyakit yang berdiri sendiri melainkan bagian dari penyakit lain tetapi
bronkitis ikut memegang peran.( Ngastiyah, 1997 )
Bronkhitis berarti infeksi bronkus. Bronkitis
dapat dikatakan penyakit tersendiri, tetapi biasanya merupakan lanjutan dari
infeksi saluran peranpasan atas atau bersamaan dengan penyakit saluran
pernapasan atas lain seperti Sinobronkitis, Laringotrakeobronkitis, Bronkitis
pada asma dan sebagainya (Gunadi Santoso, 1994)
Sebagai penyakit tersendiri, bronkhitis
merupakan topik yang masih diliputi kontroversi dan ketidakjelasan di antara
ahli klinik dan peneliti. Bronkitis merupakan diagnosa yang sering ditegakkan
pada anak baik di Indonesia maupun di luar negeri, walaupun dengan patokan
diagnosis yang tidak selalu sama.(Taussig, 1982; Rahayu, 1984)
Kesimpangsiuran definisi bronkitis pada
anak bertambah karena kurangnya konsesus mengenai hal ini. Tetapi keadaan ini
sukar dielakkan karena data hasil penyelidikan tentang hal ini masih sangat
kurang.
1.2 ANATOMI
DAN FISIOLOGI SISTEM PERNAPASAN
Pernapasan adalah peristiwa menghirup udara
dari luar yang mengandung oksigen ke dalam tubuh serta menghembuskan udara yang
banyak mengandung CO2 sebagai sisa dari oksidasi keluar dari tubuh. Fungsi dari
sistem pernapasan adalah untuk mengambil O2 yang kemudian dibawa oleh darah ke
seluruh tubuh untuk mengadakan pembakaran, mengeluarkan CO2 hasil dari
metabolisme .
a. Hidung
Merupakan saluran udara yang pertama yang
mempunyai dua lubang dipisahkan oleh sekat septum nasi. Di dalamnya terdapat
bulu-bulu untuk menyaring udara, debu dan kotoran. Selain itu terdapat juga
konka nasalis inferior, konka nasalis posterior dan konka nasalis media yang
berfungsi untuk mengahangatkan udara.
b. Faring
Merupakan tempat persimpangan antara jalan
pernapasan dan jalan makanan. Terdapat di bawah dasar pernapasan, di belakang
rongga hidung, dan mulut sebelah depan ruas tulang leher. Di bawah selaput
lendir terdapat jaringan ikat, juga di beberapa tempat terdapat folikel getah
bening.
c. Laring
Merupakan saluran udara dan bertindak
sebelum sebagai pembentuk suara. Terletak di depan bagian faring sampai
ketinggian vertebra servikalis dan masuk ke dalam trakea di bawahnya. Laring
dilapisi oleh selaput lendir, kecuali pita suara dan bagian epiglottis yang
dilapisi oleh sel epitelium berlapis.
d. Trakea
Merupakan lanjutan dari laring yang
dibentuk oleh 16 – 20 cincin yang terdiri dari tulang rawan yang berbentuk seperti
tapal kuda yang berfungsi untuk mempertahankan jalan napas agar tetap terbuka.
Sebelah dalam diliputi oleh selaput lendir yang berbulu getar yang disebut sel
bersilia, yang berfungsi untuk mengeluarkan benda asing yang masuk bersama-sama
dengan udara pernapasan.
e. Bronkus
Merupakan lanjutan dari trakea, ada 2 buah
yang terdapat pada ketinggian vertebra thorakalis IV dan V. mempunyai struktur
serupa dengan trakea dan dilapisi oleh jenis sel yang sama. Bronkus kanan lebih
besar dan lebih pendek daripada bronkus kiri, terdiri dari 6 – 8 cincin dan
mempunyai 3 cabang. Bronkus kiri terdiri dari 9 – 12 cincin dan mempunyai 2
cabang. Cabang bronkus yang lebih kecil dinamakan bronkiolus, disini terdapat
cincin dan terdapat gelembung paru yang disebut alveolli.
f. Bronkiolus
Bronkiolus membentuk percabangan menjadi
bronkiolus terminalis yang tidak mempunyai kelenjar lendir dan silia.
Bronkiolus terminalis kemudian menjadi bronkiolus respiratori yang menjadi
saluran transisional antara jalan udara konduksi dan jalan udara pertukaran
gas.
g. Alveoli
Paru terbentuk oleh sekitar 300 juta
alveoli. Terdapat tiga jenis sel – sel alveolar, sel alveolar tipe I adalah sel
epitel yang membentuk dinding alveolar. Sel alveolar tipe II sel – sel yang
aktif secara metabolik, mensekresi surfactan, suatu fosfolipid yang melapisi
permukaan dalam dan mencegah alveolar agar tidak kolaps. Sel alveolar tipe III
adalah makrofag yang merupakan sel – sel fagositosis yang besar yang memakan
benda asing dan bekerja sebagai mekanisme pertahanan penting.
h. Paru-paru
Merupakan alat tubuh yang sebagian besar
dari terdiri dari gelembung-gelembung. Di sinilah tempat terjadinya pertukaran
gas, O2 masuk ke dalam darah dan CO2 dikeluarkan dari darah.
1.2.1 Fisiologi sistem pernafasan
Pernafasan mencakup 2 proses, yaitu :
1) Pernafasan
luar yaitu proses penyerapan oksigen (O2) dan pengeluaran carbondioksida (CO2)
secara keseluruhan.
2) Pernafasan
dalam yaitu proses pertukaran gas antara sel jaringan dengan cairan sekitarnya
(penggunaan oksigen dalam sel).
Proses fisiologi pernafasan dalam
menjalankan fungsinya mencakup 3 proses yaitu:
a. Ventilasi yaitu proses keluar masuknya udara dari atmosfir ke alveoli paru.
a. Ventilasi yaitu proses keluar masuknya udara dari atmosfir ke alveoli paru.
b. Difusi yaitu proses perpindahan/pertukaran
gas dari alveoli ke dalam kapiler paru.
c. Transpor yaitu proses perpindahan
oksigen dari paru-paru ke seluruh jaringan tubuh.
1.3 KLASIFIKASI
Bronkhitis dapat diklasifikasikan sebagai :
1. Bronkhitis
Akut
Bronkhitis akut pada bayi dan anak biasanya
bersama juga dengan trakheitis, merupakan penyakit infeksi saluran nafas akut
(ISNA) bawah yang sering dijumpai. Penyebab utama penyakit ini adalah virus.
Batuk merupakan gejala yang menonjol dank arena batuk berhubungan dengan ISNA
atas. Berarti bahwa peradangan tersebut meliputi laring, trachea dan bronkus.
Gangguan ini sering juga disebut laringotrakeobronkhitis akut atau croup dan
sering mengenai anak sampai umur 3 tahun dengan gejala suara serak, stridor,
dan nafas berbunyi.
2. Bronkhitis
Kronis atau Batuk Berulang
Belum ada persesuaian pendapat mengenai
bronchitis kronik, yang ada ialah mengenai batuk kronik dan atau berulang yang
di singkat (BKB). BKB ialah keadaan klinis yang disebabkan oleh berbagai
penyebab dengan gejala batuk yang berlangsung sekurang-kurangnya 2 minggu
berturut-turut dan atau berulang paling sedikit 3 kali dalam 3 bulan, dengan
atau tanpa disertai gejala respiratorik dan non respiratorik lainnya. Dengan
memakai batasan ini secara klinis jelas bahwa bronchitis kronik pada anak
adalah batuk kronik dan atau berulang (BKB) yang telah disingkirkan
penyebab-penyebab BKB itu misalnya asma atau infeksi kronik saluran napas dan
sebagainya.
Walaupun belum ada keseragaman mengenai
patologi dan patofisiologi bronchitis kronik, tetapi kesimpulan akibat jangka
panjang umumnya sama. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa bayi sampai anak
umur 5 tahun yang menderita bronchitis kronik akan mempunyai resiko lebih besar
untuk menderita gangguan pada saluran napas kronik setelah umur 20 tahun,
terutama jika pasien tersebut merokok akan mempercepat menurunnya fungsi paru.
1.4 ETIOLOGI
Penyebab bronchitis sampai sekarang masih
belum diketahui dengan jelas. Pada kenyataannya kasus-kasus bronchitis dapat
timbul secara congenital maupun didapat.
1. Kelainan
kongenital
Dalam hal ini bronchitis terjadi sejak
dalam kandungan. Factor genetic atau factor pertumbuhan dan factor perkembangan
fetus memegang peran penting. Bronchitis yang timbul congenital ini mempunyai
ciri sebagai berikut :
a. Bronchitis
mengenai hampir seluruh cabang bronkus pada satu atau kedua paru.
b. Bronchitis
konginetal sering menyertai penyakit-penyakit konginetal lainya, misalnya :
mucoviscidosis ( cystic pulmonary fibrosis ), sindrom kartagener (
bronkiektasis konginetal, sinusitis paranasal dan situs inversus ), hipo atau
agamaglobalinemia, bronkiektasis pada anak kembar satu telur ( anak yg satu
dengan bronkiektasis, ternyata saudara kembarnya juga menderita bronkiektasis),
bronkiektasis sering bersamaan dengan kelainan congenital berikut : tidak
adanya tulang rawan bronkus, penyakit jantung bawaan, kifoskoliasis konginetal.
2. Kelainan
didapat
Kelaianan didapat merupakan akibat proses
berikut :
a. Infeksi
Bronchitis sering terjadi sesudah seseorang menderita pneumonia yang sering kambuh dan berlangsung lama, pneumonia ini merupakan komplikasi pertusis maupun influenza yang diderita semasa anak, tuberculosis paru dan sebagainya.
Bronchitis sering terjadi sesudah seseorang menderita pneumonia yang sering kambuh dan berlangsung lama, pneumonia ini merupakan komplikasi pertusis maupun influenza yang diderita semasa anak, tuberculosis paru dan sebagainya.
b. Obstruksi
bronkus
Obstruksi bronkus yang dimaksud disini
dapat disebabkan oleh berbagai macam sebab : korpus alineum, karsinoma bronkus
atau tekanan dari luar terhadap bronkus
Penyebab utama penyakit Bronkhitis Akut
adalah adalah virus. Sebagai contoh Rhinovirus, Respiratory Sincytial Virus
(RSV), Infulenza Virus, Para-influenza Virus, Adenovirus dan Coxsakie Virus.
Bronkitis Akut sering terjadi pada anak yang menderita Morbilli, Pertusis dan
infeksi Mycoplasma Pneumonia. Belum ada bukti yang meyakinkan bahwa bakteri
lain merupakan penyebab primer Bronkitis Akut pada anak. Infeksi sekunder oleh
bakteri dapat terjadi, namun ini jarang di lingkungan sosio-ekonomi yang baik.
Faktor predisposisi terjadinya bronchitis
akut adalah alergi, perubahan cuaca, polusi udara, dan infeksi saluran napas
atas kronik, memudahkan terjadinya bronchitis.
Sedangkan pada Bronkitis Kronik dan Batuk
Berulang adalah sebagai berikut :
a. Spesifik
1. Asma
2. Infeksi
kronik saluran napas bagian atas (misalnya sinobronkitis).
3. Infeksi,
misalnya bertambahnya kontak dengan virus, infeksi mycoplasma, hlamydia,
pertusis, tuberkulosis, fungi/jamur.
4. Penyakit
paru yang telah ada misalnya bronkietaksis.
5. Sindrom
aspirasi.
6. Penekanan
pada saluran napas
7. Benda
asing
8. Kelainan
jantung bawaan
9. Kelainan
sillia primer
10. Defisiensi
imunologis
11. Kekurangan
anfa-1-antitripsin
12. Fibrosis
kistik
13. Psikis
- Non-spesifik
1. Asap
rokok
2. Polusi
udara
1.5 PATOFISIOLOGI
Virus (penyebab tersering infeksi) - Masuk
saluran pernapasan - Sel mukosa dan sel silia - Berlanjut - Masuk saluran
pernapasan(lanjutan) - Menginfeksi saluran pernapasan - Bronkitis - Mukosa membengkak
dan menghasilkan lendir - Pilek 3 – 4 hari - Batuk (mula-mula kering kemudian
berdahak) - Riak jernih - Purulent - Encer - Hilang - Batuk - Keluar - Suara
ronchi basah atau suara napas kasar - Nyeri subsernal - Sesak napas - Jika
tidak hilang setelah tiga minggu - Kolaps paru segmental atau infeksi paru
sekunder (pertahanan utama) (Sumber : dr.Rusepno Hasan, Buku Kuliah 3 Ilmu
Kesehatan Anak, 1981)
Apabila bronchitis kongenital
patogenesisnya tidak diketahui diduga erat hubungannya dengan genetic serta
factor pertumbuhan dan perkembangan fetus dalam kandungan. Pada bronchitis yang
didapat patogenesisnya diduga melelui beberapa mekanisme : factor obstruksi
bronkus, factor infeksi pada bronkus atau paru-paru, fibrosis paru, dan factor
intrinsik dalam bronkus atau paru.
Patogenesis pada kebanyakan bronchitis yang
didapat melalui dua mekanisme dasar:
- Infeksi bacterial pada bronkus atau paru, kemudian timbul
bronchitis. Infeksi pada bronkus atau paru akan diikuti proses destruksi
dinding bronkus daerah infeksi dan kemudian timbul bronchitis.
- Obstruksi bronkus akan diikuti terbentuknya bronchitis, pada
bagian distal obstruksi dan terjadi infeksi juga destruksi bronkus.
Bronchitis merupakan penyakit paru yang
mengenai paru dan sifatnya kronik. Keluhan-keluhan yang timbul juga berlangsung
kronik dan menetap . keluhan-keluhan yang timbul erat dengan : luas atau
banyaknya bronkus yang terkena, tingkatan beratnya penyakit, lokasi bronkus
yang terkena, ada atau tidaknya komplikasi lanjut.. keluhan-keluhan yang timbul
umumnya sebagai akibat adanya beberapa hal : adanya kerusakan dinding bronkus,
akibat komplikasi, adanya kerusakan fungsi bronkus.
Mengenai infeksi dan hubungannya dengan
patogenesis bronchitis, data dijelaskan sebagai berikut ;
1. Infeksi pertama ( primer )
Kecuali pada bentuk bronchitis
kongenital. Masih menjadi pertanyaan apakah infeksi yang mendahului terjadinya
bronchitis tersebut disebabkan oleh bakteri atau virus. Infeksi yang mendahului
bronchitis adalah infeksi bacterial yaitu mikroorgansme penyebab pneumonia.
Dikatakan bahwa hanya infeksi bakteri saja yang dapat menyebabkan kerusakan
pada dinding bronkus sehingga terjadi bronchitis, sedangkan infeksi virus tidak
dapat ( misalnya adenovirus tipe 21, virus influenza, campak, dan sebagainnya ).
2.Infeksi sekunder
Tiap pasien bronchitis tidak selalu
disertai infeksi sekunder pada lesi, apabila sputum pasien yang semula berwarna
putih jernih kemudian berubah warnanya menjadi kuning atau kehijauan atau
berbau busuk berarti telah terjadi infeksi sekunder oleh kuman anaerob misalnya
: fusifomis fusiformis, treponema vincenti, anaerobic streptococci. Kuman yang
erring ditemukan dan menginfeksi bronkus misalnya : streptococcus pneumonie,
haemophilus influenza, klebsiella ozaena.
1.6 TANDA
DAN GEJALA
Biasanya penyakit dimulai dengan
tanda-tanda infeksi saluran napas akut (ISNA) atas yang disebabkan oleh virus.
Batuk mula-mula kering, setelah 2 atau 3 hari batuk mulai berdahak dan
menimbulkan suara lender. Pada anak dahak yang mukoid (kental) susah ditemukan
karena sering ditelan. Mungkin dahak berwarna kuning dan kental tetapi tidak
selalu berarti telah terjadi infeksi bakteri sekunder. Anak besar sering
mengeluh rasa sakit retrosternal dan pada anak kecil dapat terjadi sesak napas.
Pada beberapa hari pertama tidak terdapat
kelainan pada pemeriksaan dada tetapi kemudian dapat timbul ronchi basah kasar
dan suara napas kasar. Batuk biasanya akan menghilang setelah 2-3 minggu. Bila
setelah 2 minggu batuk masih tetap ada, mungkin telah terjadi kolaps paru segmental
atau terjadi infeksi paru sekunder.
Mengi (wheezing) mungkin saja terdapat pada
pasien bronchitis. Mengi dapat murni merupakan tanda bronchitis akut, tetapi
juga kemungkinan merupakan manifestasi asma pada anak tersebut, lebih-lebih
bila keadaan ini sudah terjadi berulang kali.
Menurut Gunadi Santoso dan Makmuri (1994),
tanda dan gejala yang ada yaitu:
a. Biasanya
tidak demam, walaupun ada tetapi rendah
b. Keadaan
umum baik, tidak tampak sakit, tidak sesak
c. Mungkin
disertai nasofaringitis atau konjungtivitis
d. Pada
paru didapatkan suara napas yang kasar
Menurut Ngastiyah (1997), yang perlu
diperhatikan adalah akibat batuk yang lama, yaitu:
a. Batuk
siang dan malam terutama pada dini hari yang menyebabkan klien kurang istirahat
b. Daya
tahan tubuh klien yang menurun
c. Anoreksia
sehingga berat badan klien sukar naik
d. Kesenangan
anak untuk bermain terganggu
e. Konsentrasi
belajar anak menurun
Gejala awal Bronkhitis, antara lain :
1) Batuk
membandel
Batuk kambuhan, berdahak-tidak,
berat-tidak. Kendati ringan harus tetap diwaspadai karena bila keadaan batuk
terus menerus bisa menghebat dan berlendir sampai sesak napas.
2) Sulit
disembuhkan
Bisa sering atau tidak tapi sulit
disembuhkan. Dalam sebulan batuk pileknya lebih dari seminggu dan baru sembuh
dua minggu, lalu berulang lagi.
3) Terjadi
kapan saja
Batuknya bisa muncul malam hari, baru tidur
sebentar batuknya ‘grok-grok’ bahkan sampai muntah. Bisa juga batuk baru timbul
menjelang pagi. “Atau habis lari-lari, ia kemudian batuk-batuk sampai muntah.
1.7 KOMPLIKASI
a) Bronkitis
Akut yang tidak ditangani cenderung menjadi Bronkitis Kronik
b) Pada
anak yang sehat jarang terjadi komplikasi, tetapi pada anak dengan gizi kurang
dapat terjadi Othithis Media, Sinusitis dan Pneumonia
c) Bronkitis
Kronik menyebabkan mudah terserang infeksi
d) Bila
sekret tetap tinggal, dapat menyebabkan atelektasisi atau Bronkietaksis
e) Gagal
jantung kongestif
f) Pneumonia
1.8 PEMERIKSAAN
PENUNJANG
- Foto Thorax : Tidak tampak adanya kelainan atau hanya hyperemia
- Laboratorium : Leukosit > 17.500.
1.9 PENATALAKSANAAN
- Tindakan Perawatan
1. Pada
tindakan perawatan yang penting ialah mengontrol batuk dan mengeluarakan
lender/secret.
2. Sering
mengubah posisi.
3. Banyak
minum.
4. Inhalasi.
5. Nebulizer
6. Untuk
mempertahankan daya tahan tubuh, setelah anak muntah dan tenang perlu diberikan
minum susu atau makanan lain.
Pasien dengan bronchitis tidak dirawat di
Rumahsakit kecuali ada komplikasi yang menurut dokter perlu perawatan di
Rumahsakit, oleh karenanya perawatan lebih ditujukan sebagai petunjuk kepada
orang tua. Masalah yang perlu diperhatikan adalah akibat batuk yang lama dan
resiko terjadi komplikasi.
a) Akibat
batuk yang lama
Pada bronchitis gejala batuk sangat
menonjol, dan sering terjadi siang dan malam terutama pagi-pagi sekali yang
menyebabkan pasien kurang istirahat atau tidur; pasien akan terganggu rasa aman
dan nyamannya. Akibat lain adalah terjadinya daya tahan tubuh pasien yang
menurun, anoreksia, sehingga berat badannya sukar naik. Pada anak yang lebih
besar batuk-batuk yang terus menerus akan mengganggu kesenangannya bermain, dan
bagi anak yang sudah sekolah batuk mengganggu konsentrasi belajar bagi dirinya
sendiri, saudara, maupun teman-temannya.
Untuk mengurangi gangguan tersebut perlu
diusahakan agar batuk tidak bertambah banyak dengan memberikan obat secara
benar dan membatasi aktivitas anak untuk mencegah keluar banyak keringat,
karena jika baju basah akan menyebabkan batuk-batuk (karena dingin). Untuk
mengurangi batuk pada malam hari berikan obat batuk yang terakhir sebelum
tidur. Anak yang batuk apalagi bronchitis lebih baik tidak tidur di kamar yang
ber AC atau memakai kipas angin. Jika suhu udara dingin pakaikan baju yang
hangat, bila ada yang tertutup leherya. Obat gosok membuat anak merasa hangat
dan dapat tidur tenang.Bila batuk tidak segera berhenti berikan minum hangat
tidak manis.
Pada anak yang sudh agak besar jika ada
dahak di dalm tenggorokannya beritahu supaya dibuang karena adanya dahak
tersebut juga merangsang batuk.Usahakan mengurangi batuk dengan menghindari
makanan yang merangsang seperti gorng-gorengan,permen,atau minum es.Jangan
memandikan anak terlalu pagi atau sore,dan memandikan dengan air hangat.
b) Terjadi
komplikasi
Bronkhitis akut yang tidak diobati secara
benar cenderung menjadi bronchitis kronik, sedangkan bronchitis kronik
memungkinkan anak mudah mendapat infeksi. Gangguan pernafasan secara langsung
sebagai akibat bronchitis kronik ialah bila lendir tetap tinggal di dalam paru
akan menyebabkan terjadinya atelektasis atau bronkiektasis, kelainan ini akan
menambah penderitaan pasien lebih lama.
Untuk menghindarkan terjadinya komplikasi
ini pasien bronchitis harus mendapatkan pengobatan dan perawatan yang benar
sehingga lender tidak selalu tertinggal dalam paru. Berikan banyak minum untuk
membantu mengencerkan lendir; berikan buah dan makanan bergizi untuk
mempertinggi daya tahan tubuh
Pada anak yang sudah mengerti beritahukan
bagaimana sikapnya jika ia sedang batuk dan apa yang perlu dilakukan. Pada bayi
batuk-batuk yang keras sering diakhiri dengan muntah; biasanya bercampur
lendir. Setelah muntah bayi menjadi agak tenang. Tetapi bila muntah
berkelanjutan, maka dengan keluarnya makanan dapat menyebabkan bayi menjadi
kurus serta menurunkan daya tahan tubuh. Untuk mengurangi kemungkinan tersebut
setelah bayi muntah dan tenang perlu diberikan minum susu atau makanan
lain.
b. Tindakan Medis
1. Jangan
beri obat antihistamin berlebih
2. Beri
antibiotik bila ada kecurigaan infeksi bakterial
3. Dapat
diberi efedrin 0,5 – 1 mg/KgBB tiga kali sehari
4. Chloral
hidrat 30 mg/Kg BB sebagai sedative
Karena penyebab bronchitis pada umumnya
virus maka belum ada obat kausal. Antibiotik tidak berguna. Obat yang diberikan
biasanya untuk penurun demam, banyak minum terutama sari buah-buahan. Obat
penekan batuk tidak diberikan pada batuk yang banyak lendir, lebih baik diberi
banyak minum. Bila batuk tetap ada dan tidak ada perbaikan setelah 2 minggu
maka perlu dicurigai adanya infeksi bakteri sekunder dan antibiotic boleh
diberikan, asal sudah disingkirkan adanya asma atau pertusis. Pemberian
antibiotic yang serasi untuk M. Pneumoniae dan H. Influenzae sebagai bakteri
penyerang sekunder misalnya amoksisilin, kotrimoksazol dan golongan makrolid.
Antibiotik diberikan 7-10 hari dan jika tidak berhasil maka perlu dilakukan
foto thorak untuk menyingkirkan kemungkinan kolaps paru segmental dan lobaris,
benda sing dalam saluran napas, dan tuberkolusis.
1.10 PENCEGAHAN
Menurut Ngastiyah (1997), untuk mengurangi
gangguan tersebut perlu diusahakan agar batuk tidak bertambah parah.
a. Membatasi
aktivitas anak
b. Tidak
tidur di kamar yang ber AC atau gunakan baju dingin, bila ada yang tertutup
lehernya
c. Hindari
makanan yang merangsang
d. Jangan
memandikan anak terlalu pagi atau terlalu sore, dan mandikan anak dengan air
hangat
e. Jaga
kebersihan makanan dan biasakan cuci tangan sebelum makan
f. Menciptakan
lingkungan udara yang bebas polusi
g. Jangan
mengkonsumsi makanan seperti telur ayam, karena bisa menambah produksi
lendirnya. Begitu juga minuman bersoda bisa jadi pencetus karena saat diminum
maka sodanya akan naik ke hidung dan merangsang daerah saluran pernapasan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar